top of page

Hajar Aswad: Keajaiban Batu Hitam dari Surga di Masjidil Haram

Hajar Aswad adalah salah satu simbol suci dalam Islam yang terletak di sudut tenggara Ka'bah, di Masjidil Haram, Makkah. Jutaan jemaah yang melakukan ibadah Haji atau Umrah berusaha menyentuh, mencium, atau setidaknya mengarahkan tangan mereka ke Hajar Aswad sebagai tanda penghormatan. Namun, apa sebenarnya yang membuat batu ini begitu istimewa? Dalam artikel ini, kita akan mengungkap sejarah, keutamaan, dan cara Hajad Aswad diperlakukan oleh umat Islam.

Hajar Aswad: Keajaiban Batu Hitam dari Surga di Masjidil Haram
Sejarah Hajar Aswad

Hajar Aswad secara harfiah berarti "Batu Hitam." Menurut tradisi Islam, batu ini dipercaya berasal dari surga. Hadis-hadis menyebutkan bahwa Hajar Aswad pertama kali diberikan kepada Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, untuk ditempatkan sebagai penanda di Ka'bah saat membangun Baitullah (Rumah Allah). Pada awalnya, batu ini diyakini memiliki warna putih yang bercahaya, namun berubah menjadi hitam karena dosa-dosa umat manusia yang menyentuhnya.


Dalam sejarah, Hajar Aswad mengalami berbagai cobaan. Di antaranya adalah ketika pasukan Qarmatian mencuri batu ini pada tahun 930 M dan menyimpannya selama 22 tahun sebelum akhirnya dikembalikan ke Ka'bah. Peristiwa tersebut memperlihatkan betapa besar nilai sakral dari Hajar Aswad bagi umat Muslim.


Makna dan Keutamaan Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad adalah sunnah yang dianjurkan saat tawaf (mengelilingi Ka'bah). Nabi Muhammad SAW sendiri mencium Hajar Aswad, dan para sahabat beliau pun mengikuti tindakan ini. Namun, Nabi juga menjelaskan bahwa menyentuh atau mencium Hajar Aswad bukanlah suatu keharusan dalam Islam. Umar bin Khattab, sahabat Nabi, pernah berkata: "Aku tahu bahwa kamu hanyalah batu yang tidak bisa memberi manfaat atau mudarat. Jika bukan karena aku melihat Rasulullah menciummu, aku tidak akan menciummu.ā€Ā (HR. Bukhari dan Muslim).

Ini menunjukkan bahwa Hajar Aswad dihormati bukan karena batu itu sendiri, tetapi karena tindakan Rasulullah yang mencontohkan penghormatan kepadanya. Hal ini menjadi bentuk ketaatan dan kepatuhan umat Islam terhadap Nabi.


Hajar Aswad dalam Ibadah Haji dan Umrah

Saat melakukan ibadah Haji atau Umrah, jemaah akan melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali. Setiap kali melewati Hajar Aswad, jemaah diharapkan untuk melambaikan tangan atau menyentuhnya jika memungkinkan, sebagai bentuk penghormatan. Namun, karena banyaknya jumlah jemaah, menyentuh atau mencium Hajar Aswad sering kali sulit dilakukan, sehingga cukup dengan melambaikan tangan dari kejauhan.


Fakta Menarik tentang Hajar Aswad

  1. Terdiri dari Potongan-potongan Batu Kecil: Saat ini, Hajar Aswad tidak berbentuk satu batu utuh, melainkan terdiri dari delapan pecahan kecil yang dipasang dalam bingkai perak untuk menjaga keutuhannya.

  2. Dipercaya sebagai Batu dari Surga: Banyak riwayat yang mengaitkan Hajar Aswad dengan surga, membuat batu ini menjadi salah satu benda terpenting di Ka'bah.

  3. Dilindungi oleh Bingkai Perak: Untuk menjaga stabilitas Hajar Aswad, para penguasa Islam dari berbagai zaman telah membuat bingkai perak di sekitarnya. Bingkai ini dirancang agar batu tersebut tetap utuh meskipun telah mengalami berbagai peristiwa bersejarah.


Pandangan Islam tentang Menghormati Hajar Aswad

Dalam Islam, menyentuh atau mencium Hajar Aswad adalah bentuk penghormatan dan bukan pemujaan. Islam menekankan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, sedangkan penghormatan kepada Hajar Aswad adalah sebagai bagian dari syiar ibadah yang dituntun oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini mengajarkan nilai ketaatan dan mengikuti sunnah Rasulullah dalam menjalankan ibadah.


Hajar Aswad bukan hanya batu, tetapi sebuah simbol yang menghubungkan umat Islam dengan sejarah, kepercayaan, dan kisah spiritual yang kaya. Melalui Hajar Aswad, kita diingatkan untuk terus memperkuat keimanan dan mengikuti jejak Nabi dalam setiap ibadah. Meski batu ini mengalami perjalanan panjang dan perubahan, penghormatan umat Islam kepada Hajar Aswad akan tetapi abadi sebagai bagian dari kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.


Ā 
Ā 
Ā 

Comments


bottom of page