"Panduan Lengkap Perjalanan Haji: Langkah demi Langkah Menuju Kesempurnaan Ibadah"
- Abeeda business
- 11 Jul 2024
- 3 menit membaca

Perjalanan haji adalah ibadah yang memiliki rincian yang sangat penting dan khusus yang harus dipahami oleh setiap jamaah yang ingin melaksanakannya. Berikut adalah beberapa rincian perjalanan haji yang perlu dipertimbangkan:
Pendaftaran dan Persiapan Awal:
Sebelum berangkat, jamaah harus mendaftar melalui agen haji yang terpercaya dan mendapatkan visa serta dokumen perjalanan lainnya. Persiapan awal juga meliputi pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi yang diperlukan. Proses ini biasanya dilakukan beberapa bulan sebelum musim haji.
Ihram Dari Miqot
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan tempat-tempat miqot, beliau bersabda,
هُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ ، مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ ، وَمَنْ كَانَ دُونَ ذَلِكَ فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ ، حَتَّى أَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ
“Itulah ketentuan masing-masing bagi setiap penduduk negeri-negeri tersebut dan juga bagi mereka yang bukan penduduk negeri-negeri tersebut jika hendak melakukan ibadah haji dan umroh. Sedangkan mereka yang berada di dalam batasan miqot, maka dia memulai dari kediamannya, dan bagi penduduk Mekkah, mereka memulainya dari di Mekkah.” (HR. Bukhari no. 1524 dan Muslim no. 1181)
8 Dzulhijjah: Hari Tarwiyah
Jamaah berangkat dari Mekkah ke Mina. Di Mina, jamaah melaksanakan salat lima waktu dan mempersiapkan diri untuk wukuf di Arafah keesokan harinya.
9 Dzulhijjah: Wukuf di Arafah
Salah satu momen penting dalam perjalanan haji adalah wukuf di Arafah. Jamaah berkumpul di dataran Arafah untuk berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT dari zuhur hingga maghrib. Wukuf ini merupakan puncak dari ibadah haji. Karena dalam hadits Jabir yang menceritakan cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan manasik, beliau wukuf di Arafah hingga waktu Maghrib.
Malam 10 Dzulhijjah: Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam pada 9 Dzulhijjah, jamaah bergerak ke Muzdalifah untuk mengumpulkan kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah. Di sana, mereka melaksanakan salat maghrib dan isya dan bermalam hingga fajar. Alasan wajibnya hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan mabit di Muzdalifah. Begitu pula Allah Ta’ala memerintahkan berdzikir di Masy’aril haram (Muzdalifah) dalam ayat ,
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ
“Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril haram (Muzdalifah)” (QS. Al Baqarah: 198).
Dalam hadits Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
أَنَا مِمَّنْ قَدَّمَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لَيْلَةَ الْمُزْدَلِفَةِ فِى ضَعَفَةِ أَهْلِهِ
“Aku adalah di antara orang yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulukan pada malam Muzdalifah karena kondisi lemah keluarganya.” (HR. Bukhari no. 1678 dan Muslim no. 1295)
10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha dan Melempar Jumrah Aqabah
Jamaah kembali ke Mina dan melakukan pelemparan tujuh kerikil ke Jumrah Aqabah. Setelah itu, jamaah melaksanakan kurban (bagi yang mampu) dan tahallul (bercukur atau memotong rambut). Yang dimaksud di sini adalah melempar jumrah ‘Aqobah pada tanggal 10 Dzulhijah, melempar tiga jumrah lainnya di hari tasyriq (hari ke-11, 12 atau 13 jika masih tetap di Mina). Allah Ta’ala berfirman, وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang (hari tasyriq). Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 203).
11-13 Dzulhijjah: Melempar Tiga Jumrah
Selama hari-hari Tasyrik, jamaah kembali melempar kerikil ke tiga jumrah (Jumrah Ula, Jumrah Wusta, dan Jumrah Aqabah) masing-masing sebanyak tujuh kali.
Tawaf Ifadah dan Sai antara Safa dan Marwah
Setelah wukuf di Arafah, jamaah melakukan tawaf ifadah di sekitar Ka'bah yang merupakan simbol kesatuan umat Islam. Tawaf dilakukan dengan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali sambil mengucapkan doa dan dzikir kepada Allah. Setelah tawaf, jamaah melakukan sai, yaitu lari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Sai melambangkan ketekunan dan kesabaran dalam mencari kebenaran.
14 Dzulhijjah: Tawaf Wada'
Sebelum meninggalkan Mekkah, jamaah melakukan tawaf wada' sebagai bentuk perpisahan dengan Ka'bah. Thowaf wada’ tidak ada roml di dalamnya (Fiqih Sunnah, 1: 518-519). Hukum thowaf ini adalah wajib karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal ini. Bagi yang meninggalkan thowaf wada’, maka ia dikenai dam.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ “Janganlah seseorang pergi (meninggalkan Makkah), sampai akhir dari ibadah hajinya adalah thowaf di Ka’bah” (HR. Muslim no. 1327). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga berkata, أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلاَّ أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ الْمَرْأَةِ الْحَائِضِ “Orang-orang diperintah agar akhir urusan ibadah hajinya adalah dengan thowaf di Ka’bah kecuali ada keringanan bagi wanita haidh.”(HR. Muslim no. 1328).
Rincian perjalanan haji ini merupakan bagian penting dari ibadah yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Dengan memahami setiap langkah dan maknanya, jamaah dapat merasakan keutamaan dan keberkahan dari perjalanan haji yang penuh makna ini.




Komentar